Panduan Lengkap ISO 22000: Definisi dan Implementasinya

ISO 22000 adalah standar internasional yang mengatur sistem manajemen keamanan pangan (FSMS). Diterbitkan pertama kali pada tahun 2005 dan terakhir diperbarui pada 2018, standar ini menggabungkan prinsip-prinsip HACCP (Analisis Bahaya dan Kritikal Kontrol Poin) dengan manajemen risiko dan manajemen sistem.

Keamanan pangan ISO 22000 menjadi krusial karena meningkatnya kasus kontaminasi makanan di seluruh dunia. Contohnya, pada tahun 2020, 16% dari produk makanan di Uni Eropa gagal memenuhi standar keamanan karena kontaminasi mikroba atau kimia. ISO 22000 membantu perusahaan mengelola risiko ini dengan panduan dan standar yang kompherensif.

 

Persyaratan ISO 22000

ISO 22000 merupakan sistem manajemen keamanan pangan (FSMS) yang terintegrasi yang mencakup beberapa persyaratan, diantaranya:

  1. Kebijakan Keamanan Pangan
    Dokumen yang menyatakan komitmen perusahaan terhadap keamanan pangan. Dengan adanya dokumen ini, perusahaan menyatakan komitmen terhadap keamanan pangan dan terhadap peningkatan berkelanjutan sekaligus menyatakan bahwa hal tersebut menjadi tanggung jawab manajemen.
  2. Tujuan dan Sasaran Kinerja
    Tujuan yang dibuat harus spesifik, bisa diukur, realistis (SMART goal). Sedangkan indikator digunakan untuk mengukur kemajuan terhadap tujuan.
    Contoh :
    • Tujuan : “Mengurangi tingkat kontaminasi mikroba sebesar 50% dalam 1 tahun.”
    • Indikator : “Hasil uji laboratorium bulanan menunjukkan penurunan kontaminasi.”
  3. Proses Operasional
    Penjelasan detail dalam setiap langkah produksi, mulai dari bahan baku sampai pengemasan, dan juga pengendalian risiko pada setiap titik kritis.
    Contoh : 
    Proses produksi : “Mesin produksi harus dibersihkan setiap 4 jam menggunakan deterjen terakreditasi.”
    Pengendalian risiko : “Penggunaan detektor logam di setiap titik kontrol kritis.”
    Pengendalian aktif : mencegah bahaya sebelum terjadi (contoh : pembersihan rutin).
    Pengendalian reaktif : mengatasi bahaya setelah terjadi (contoh : penarikan produk). 
  4. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) 
    HACCP adalah singkatan dari Analisis Bahaya dan Kritikal Kontrol Poin. Ini adalah metode sistematis untuk mengidentifikasi, menilai dan mengendalikan bahaya yang berkaitan dengan keamanan pangan.
    Tujuan HACCP untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanan secara proaktif, mengurangi risiko penyakit makanan (keracunan makanan), dan memastikan kualitas produk secara konsisten.
  5. Manajemen dan Pengendalian Risiko
    Manajemen risiko dalam ISO 22000 adalah proses sistematis untuk mengidentifikasi, menilai dan mengendalikan risiko keamanan pangan sebelum terjadi.
    Contoh aplikasi di distributor makanan : menggunakan sistem pendingin berkualitas tinggi untuk mencegah pertumbuhan mikroba selama transportasi.

Sejarah ISO 22000

  1. Pengembangan Awal (2005)
    ISO 22000 diterbitkan oleh International Organization for Standardization (ISO) untuk mengatasi masalah keamanan pangan global. Hal tersebut dipicu oleh meningkatnya kasus kontaminasi makanan (contoh : keracunan salmonella di Amerika Serikat pada tahun 2004) dan kebutuhan standar internasional untuk menjaga keamanan pangan. Tujuannya adalah membuat sistem manajemen keamanan pangan yang terintegrasi dan menggabungkan prinsip HACCP dengan manajemen risiko.
    Klik disini untuk masuk ke situs resmi ISO
  2. Revisi Komprehensif (2018)
    Kemudian pada tahun 2018 direvisi untuk mengakomodasi kemajuan teknologi (misalnya teknik deteksi bahaya) dan praktik terbaik baru.
    Perubahan utamanya ada dua, yaitu prinsip PDCA (plan-do-check-act) untuk memastikan sistem manajemen berkelanjutan dan penggunaan teknologi AI untuk mendeteksi bahaya. Diharapkan dengan adanya revisi akan memberikan dampak positif yaitu meningkatkan efektivitas sistem manajemen keamanan pangan dan memenuhi persyaratan pasar internasional.
  3. Perkembangan Selanjutnya (2025)
    Untuk selanjutnya diperkirakan akan memasukkan panduan untuk keamanan pangan dalam konteks perubahan iklim, karena tantangan terbesar di masa depan adalah perubahan iklim yang bisa meningkatkan risiko kontaminasi mikroba (contoh : suhu tinggi mempercepat pertumbuhan bakteri). Sehingga salah satu contoh solusi terhadap tantangan tersebut adalah panduan pengelolaan sumber daya air untuk mencegah kontaminasi.

 

Tahapan Implementasi dan Sertifikasi ISO 22000

  1. Persiapan Awal
    Identifikasi Kebutuhan
    Tentukan skop implementasi (misalnya produksi, distribusi, atau keduanya). Contoh : “Perusahaan akan menerapkan ISO 22000 pada proses produksi makanan kemasan.
    Pembentukan Tim Manajemen Keamanan Pangan
    Susun tim manajemen keamanan pangan yang berfungsi untuk menerapkan sistem keamanan pangan, mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya, mengawasi proses produksi, memberikan pelatihan, melakukan audit, menangani insiden, serta berkomunikasi dengan pihak eksternal guna memastikan produk pangan aman dan sesuai standar.
  2. Analisis Risiko dan Identifikasi Bahaya
    Identifikasi Bahaya
    adalah proses sistematis untuk mengenali potensi bahaya biologis, kimia, dan fisik yang dapat mengkontaminasi makanan pada setiap tahap produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi, dengan tujuan mencegah risiko terhadap kesehatan konsumen.
    Analisis dan Manajemen Risiko
    Nilai risiko biasanya dihitung dengan rumus Risiko = Kemungkinan x Dampak. Contoh : kontaminasi mikroba di mesin produksi, kemungkinan sangat tinggi (4), dampak sangat tinggi (5), nilai risiko tinggi (20).  Setelah mendapatkan nilai risiko maka diambil tindakan atau pengelolaan risiko sampai mendapatkan nilai risiko yang dapat diterima.
  3. Pembuatan Dokumen Sistem Manajemen
    bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh proses terkait keamanan pangan terdokumentasi dengan baik dan sesuai standar  ISO 22000, atau regulasi lainnya. Dokumen ini mencakup kebijakan keamanan pangan, prosedur operasional standar (SOP), analisis bahaya, pengendalian kritis, catatan pemantauan, tindakan korektif, serta laporan audit dan evaluasi. Dokumentasi yang sistematis membantu memastikan kepatuhan, meningkatkan efisiensi, serta memudahkan audit dan pengambilan keputusan dalam manajemen keamanan pangan
  4. Pelatihan Karyawan
    adalah proses edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan pekerja dalam menerapkan praktik keamanan pangan yang benar. Pelatihan ini mencakup higiene dan sanitasi, identifikasi bahaya, prosedur pengendalian kritis, manajemen risiko, serta kepatuhan terhadap regulasi dan standar seperti HACCP atau ISO 22000. Dengan pelatihan yang rutin dan efektif, karyawan dapat berkontribusi dalam mencegah kontaminasi, menjaga kualitas produk, serta memastikan keamanan pangan bagi konsumen.
  5. Audit Internal dan Perbaikan
    adalah proses evaluasi sistematis yang dilakukan secara berkala untuk menilai kepatuhan perusahaan terhadap standar keamanan pangan. Audit ini mencakup pemeriksaan dokumen, pengamatan proses produksi, wawancara dengan karyawan, serta identifikasi potensi bahaya dan ketidaksesuaian. Hasil audit digunakan untuk meningkatkan sistem manajemen keamanan pangan, mengidentifikasi area yang perlu perbaikan, serta memastikan bahwa tindakan korektif dan preventif telah diterapkan dengan baik guna menjaga kualitas dan keamanan produk pangan.
  6. Pengajuan Sertifikasi
    Pengajuan sertifikasi keamanan pangan ke badan sertifikasi meliputi persiapan sistem manajemen, pemilihan lembaga sertifikasi, pengajuan dokumen, audit sertifikasi, penerbitan sertifikat, serta audit pengawasan untuk memastikan kepatuhan dan keberlanjutan standar keamanan pangan. Pastikan badan sertifikasi memiliki akreditasi dan mempunyai reputasi dan kredibilitas yang baik.

Tantangan Umum dalam Implementasi ISO 22000

  1. Kurangnya Pemahaman dan Komitmen Manajemen:
    Implementasi ISO 22000 memerlukan pemahaman mendalam tentang persyaratan standar dan komitmen penuh dari manajemen puncak. Tanpa pemahaman yang memadai, manajemen mungkin tidak menyadari pentingnya sistem manajemen keamanan pangan (SMKP) atau tidak memberikan dukungan yang cukup untuk implementasinya.
    Komitmen manajemen sangat penting untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan, mempromosikan budaya keamanan pangan, dan memastikan bahwa SMKP diintegrasikan ke dalam operasi bisnis sehari-hari.
  2. Keterbatasan Sumber Daya:
    Implementasi ISO 22000 membutuhkan investasi dalam sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur. Organisasi mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal staf yang terlatih, anggaran untuk pelatihan dan peralatan, atau fasilitas yang memadai.
    Keterbatasan sumber daya dapat menghambat kemampuan organisasi untuk mengembangkan dan menerapkan SMKP yang efektif, serta untuk memelihara dan meningkatkannya secara berkelanjutan.
  3. Resistensi Karyawan terhadap Perubahan:
    Implementasi ISO 22000 seringkali melibatkan perubahan dalam prosedur, praktik, dan budaya kerja. Karyawan mungkin merasa tidak nyaman dengan perubahan tersebut, terutama jika mereka tidak memahami manfaatnya atau jika mereka merasa tidak dilibatkan dalam prosesnya.
    Resistensi karyawan dapat menghambat implementasi SMKP dan mengurangi efektivitasnya. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan karyawan dalam proses implementasi, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengkomunikasikan manfaat dari SMKP.
  4. Kesulitan dalam Identifikasi Bahaya dan Analisis Risiko:
    ISO 22000 mengharuskan organisasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis semua bahaya keamanan pangan yang mungkin terjadi. Proses ini dapat menjadi kompleks dan menantang, terutama bagi organisasi dengan rantai pasokan yang kompleks atau produk yang beragam.
    Kesalahan dalam identifikasi bahaya atau analisis risiko dapat menyebabkan kegagalan dalam mencegah atau mengendalikan bahaya keamanan pangan, yang dapat mengakibatkan produk yang tidak aman dan konsekuensi yang merugikan.
  5. Pemenuhan Dokumentasi yang Kompleks:
    ISO 22000 mengharuskan organisasi untuk mendokumentasikan semua aspek SMKP, termasuk kebijakan, prosedur, catatan, dan hasil audit. Persyaratan dokumentasi ini dapat menjadi beban bagi organisasi, terutama bagi organisasi kecil atau menengah.
    Namun, dokumentasi yang baik sangat penting untuk memastikan bahwa SMKP diterapkan secara konsisten dan efektif, serta untuk menunjukkan kepatuhan terhadap standar ISO 22000.
  6. Memastikan Kepatuhan Berkelanjutan melalui Audit dan Pemantauan yang Konsisten:
    ISO 22000 mengharuskan organisasi untuk melakukan audit internal dan eksternal secara berkala untuk memastikan bahwa SMKP tetap efektif dan sesuai dengan standar. Organisasi juga harus melakukan pemantauan yang konsisten terhadap kinerja SMKP.
    Memastikan kepatuhan berkelanjutan dapat menjadi tantangan, terutama jika organisasi tidak memiliki sistem pemantauan yang efektif atau jika mereka tidak menindaklanjuti temuan audit dengan tindakan perbaikan yang tepat.
    Dengan memahami tantangan-tantangan ini, organisasi dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi mereka dan berhasil menerapkan ISO 22000.

 

Kesimpulan

ISO 22000 adalah standar krusial bagi industri makanan untuk memastikan keamanan pangan secara sistematis. Meskipun implementasinya memerlukan sumber daya dan waktu, manfaatnya sangat signifikan, baik dari sisi operasional ataupun strategis.
Perusahaan yang bersertifikat ISO 22000 tidak hanya meningkatkan kepercayaan pelanggan, tapi juga memenuhi persyaratan hukum dan pasar internasional.

MIFA Solusi Kreatif: Konsultan Sertifikasi ISO 22000 Profesional dan Terpercaya

Jika Anda mencari konsultan atau trainer ISO 22000 yang profesional, terjangkau dan terpercaya, PT MIFA Solusi Kreatif adalah solusi yang tepat untuk bisnis Anda!

Dengan pengalaman luas dan tim ahli yang berkompeten, PT MIFA Solusi Kreatif berkomitmen untuk membantu bisnis Anda mendapatkan sertifikasi ISO 22000 dan memberikan pelatihan sesuai kebutuhan Anda.

📞 Hubungi kami sekarang!
Jangan ragu untuk berkonsultasi. Hubungi kami sekarang juga!

Klik disini untuk masuk ke: Landing Page ISO MIFA Solusi Kreatif